Senin, 20 Februari 2017

Tafsir QS.Al Maarij ayat 19-27 Dalam kronologi surah Al Ma’arij 19 – 27 Tidak bisa dipungkiri kalau memang kenyataannya manusia itu sebenarnya adalah mahluk yang lemah hanya saja kekurangan itu dapat di tutupi karna manusia di beri kelebihan yang tidak dimiliki oleh mahluk selain manusia yakni bahwa manusia itu dianugrahi akal oleh sang Maha Mengetahui . Dengan akal tersebut manusia dapat menutupi kekurangannya . Namun, kemudian yang sangat disayangkan justru manusia itu lupa akan kenyataan dirinya dan dia mulai menjadi angkuh kepada Tuhannya, berkehendak sesuka hatinya dan menjadi congkak, sebagaimana kehidupan bangsa dimasa lampau, sehingga akhirnya mereka di binasakan akibat ulah perbuatan mereka sendiri . Manusia seharusnya dapat menyadari bahwa dirinya diciptakan dimuka bumi ini karna memiliki tugas yang harus diembannya yang tidak lain bahwa didalam menjalani hidup ini manusia mempunyai visi berupa amanah yang harus ia jalankan dengan sebaik-baiknya karena amanah tersebut langsung dari sang Maha Pencipta sehingga nanti dihadapannya harus ia pertanggung-jawabkan dengan segala konseku kuensinya .Oleh karnanya kelemahan-kelemahanya seharusnya menjadi kaca supaya ia dapat mengantisi pasi atas segala kekurangannya sehingga ahirnya Ia tidak menjadi orang yang ingkar terhadap segala apa yang telah diperintahkan Tuhan untuknya . Tuhan menciptakan manusia dengan bentuk yang paling sempurna bukan berarti lantas manusia itu lupa dengan identitas dirinya sebagai mahluk ciptaan _yang mana seharusnya Ia sadar kalau hidup ini adalah sekedar lintasan_ yang berarti hidup ini hanyalah sementara saja : Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al Ma’arij ayat 19-27 إِنَّ الإنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا ¤ إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا ¤ وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا ¤ إِلا الْمُصَلِّينَ ¤ الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاتِهِمْ دَائِمُونَ ¤ وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ ¤ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ ¤ وَالَّذِينَ يُصَدِّقـــُونَ بِيَوْمِ الد ِّيــن ¤ ِ وَالَّذِينَ هُمْ مِنْ عَذَابِرَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ ¤ “ Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan salat, yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu  bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. ( Q.S Al Ma’arij ; 19-27 ) Pada ayat ini ditegaskan bahwa manusia itu bersifat suka berkeluh kesah dan kikir. Namun, sifat ini dapat diubah jika dituruti petunjuk Tuhan yang dinyatakan-Nya dalam ayat 22 s.d. 24. Manusia yang menghindari petunjuk Tuhan dan seruan Rasul; mereka adalah orang-orang yang sesat. Firman Allah sebagai berikut: وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ (103) Artinya: Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkan nya. (Q.S. Yusuf: 103) Manusia sampai sesat dari jalan Allah karena ia bersifat tergesa-gesa, gelisah dan kikir itu, bukanlah merupakan ketentuan dari Allah terhadapnya, tetapi mereka menjadi mukmin atau menjadi kafir itu adalah karena usaha dan pilihan mereka sendiri. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt.: هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُؤْمِنٌ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (2) Artinya : Dialah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang kikir dan di antara kamu ada yang beriman Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. At Taghabun: 2) Tentunya dapat kita pahami dari penjelasan ayat diatas bahwasanya memang pada dasarnya kebanyakan manusia, cenderung selalu merintih ketika mereka hanya diberi cobaan yang yang sifatnya ringan mereka tidak ingat dengan pemberian ni’mat Allah yang jauh lebih banyak ketimbang cobaan yang diberikannya, mereka ingin selalu hidup ni’mat tanpa adanya musibah apapun .Padahal jika dipahami secara mendalam, sesungguhnya Allah memberikan cobaan itu, karna sebenarnya Dia sayang kepada hamba-hamba-Nya, dan dengan cobaan itu_semuanya mengandung hikmah yang pada dasarnya agar kita tidak lupa dengan sifat pemurah dan kasih sayang-Nya. Dan juga kebanyakan manusia selalu mengeluh apabilah ia diberi rizki yang bersifat non-materiil mereka menganggap bahwa rizqi itu hanyalah sesuatu yang tampak saja sehingga mereka tidak mau men syukurinya sehingga mereka berburuk sangka kepada Allah swt.jika keberadaan kondisi mereka tidak mempunyi harta yang melimpa. Dan ketika Allah memberikannya berupa rizqi yang material dan melim pah kebanyakan mereka justru menjadi kikir dan tidak mau bersadaqah mereka menganggap harta itu mereka peroleh dari jeripayah mereka sendiri –yang makanya didalam ayat tersebut disebutkan istilah- istilah kecut yang mendeskriditkan manusia seperti; “ halu’a” _” jazu’a “_dan kemudian “ manu’a” agar mereka bisa sadar bahwa semua yang dimiliki manusia pada hakikatnya adalah hampa jika harta benda dan jiwa mereka tanpa diiringgi dengan suatu kebaikan kepada diri sendiri terutama terhadap orang lain . Dalam kronologi surah Ar Rum ayat 54 اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. Kepada manusia dibentangkan jalan yang lurus yang menuju kepada keridaan Allah dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat sebagaimana yang disampaikan Rasulullah yang termuat dalam Alquran dan hadis. Di samping itu terbentang pula jalan yang sesat, jalan yang dimurkai-Nya yang menuju kepada tempat yang penuh derita dan sengsara di akhirat nanti. Manusia boleh memilih sa1ah satu dari kedua jalan itu; jalan mana yang akan ditempuhnya, apakah jalan yang lurus atau jalan yang sesat. Kemudian mereka diberi balasan nanti sesuai dengan pilihan mereka itu. Ini adalah bagian terahir atau keempat dari ayat-ayat yang berbicara tentang perbuatan-perbuatan Allah swt. yang membuktikan ke-Esaan-Nya dan keniscayaan hari kiamat .Ayat diatas dikemukakan setelah aneka ragam argumen dan bukti yang telah dipaparkan oleh ayat yang sebelumnya .Argumen yang dikemukakan disini mencakup keadaan manusia pada tahap yang paling dini dari kehidupannya, sampai ketahap akhir keberadaannya di pentas bumi sambil menunjukkan kekuasaannya mempergantikan kondisi manusia .Ayat ini memulai dengan menyebut nama wujud yang teragung dan yang terkhusus baginya serta yang mencakup segala sifat-Nya yakni; Allah swt dialah menciptakan manusia dari keadaan lemah yakni setetes seperma yang bertemu dengan indung telur laki-laki, tahap demi tahap meningkat dan meningkat hingga kemudian setelah melalui tahap bayi, kanak-kanak, dan remaja hingga ahirnya menjadi lansia .Dia menjadikan kamu sesudah kamu dalam keadaan lemah itu memiliki kemampuan sehingga kamu menjadi dewasa dan memasuki fase yang sempurna, hal ini memang mengikuti hukum sunatullah yakni dalam proses perubahan manusia melalui tahap demi tahap agar manusia dapat berfikir dan merenungkan hakekat penciptaanya dan ahir dari kehidupannya atau fase ahir dunia yang berupa kematian, sehingga dia tidak ingkar kepada sang Penciptanya . Dia menjadikan kamu sesudah menyandang kekuatan itu menderita kelemahan _kembali dengan hilangnya sekian banyak potensi dan munculnya tanda-tanda peringatan alamiah yang berupa hilangnya kekuatan dan potensi diri tadi .Dia menciptakan apa yang ia kehendaki sesuai dengan ke-Esaan-Nya yang Maha Agung dan Dialah yang Maha Perkasa atas segala sesuatu . Ayat diatas melukiskan pertumbuhan fisik kendati kelemahan dan kekuatan berkaitan juga dengan mental seseorang .Ada kelemahan manusia menghadapi sekian banyak godaan, juga tantangan yang menjadikan semangatnya berkurang .Disisi lain ada kekuatan yang dianugrahkan Allah berupa kekuatan fisik dan mental dalam menghadapi gelombang hidup .Tentu saja kekuatan dan kelemahan fisik maupun mental seseorang berbeda kadar kemampuannya tiap individu yang satu dengan individu yang lainnya, diatas dasar itulah agaknya kata ضعف _dha’if” kelemahan dan kata قـوة _Quwattun” kekuatan diaplikasikan dalam bentuk indefinit . Perlu dicatat bahwa apa yang dikemukakan ayat diatas adalah uraian tentang tahap-tahap hidup manusia secara umum, bahkan yang dialami oleh umunya setiap manusia_ .Karna diantara manusia tidak menentu didalam perjalanan hidupnya yakni diantaranya manusia ada yang meninggal dunia di tahap awal perjalanan hidupnya, ada juga yang pada fase puncak kejayaannya .Namun, jika tahap puncak itu dilampauinya, maka pasti dia akan mengalami tahap kelemahan lagi .Adapun yang dialami manusia, hakikatnya semua kembali pada Allah swt. Karena itu, setelah menyebut tahap-tahap tersebut, ayat diatas mengegaskan bahwa Dia menciptakan apa yang ia kehendaki, dan menetapkan buat manusia tahap-tahap yang dilalui serta kadar masing-masing itu sama-sama ditetapkan atas dasar kekuasan-Nya yang menye luruh, karna Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa . Dalam kronologi penjelasan ayat yang lain yankni dalam surah surah _Yaasin ayat 77 Allah swt. Menjelaskan bahwa pada kenyataannya manusia diciptakan dalam keadaan lemah . أَوَلَمْ يَرَ الإنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata! Karena adanya sebagian manusia tidak percaya tentang adanya hari berbangkit, maka dalam ayat ini Allah swt. mengingatkan mereka kepada kekuasaan Nya dalam menciptakan manusia, sebagai bagian dari seluruh makhluk Nya. Ini dikemukakan dengan nada keheranan atas sikap sebagian manusia itu. Yaitu: apakah manusia itu tidak memikirkan dan tidak memperhatikan bahwa Allah telah menciptakannya dari setetes air mani, tetapi kemudian setelah ia lahir ke dunia dan menjadi dewasa, tiba-tiba lalu menjadi orang yang bersikap memusuhi Allah dan Rasul Nya? Sikap semacam ini benar-benar tidak dapat diterima oleh pikiran yang sehat. Apabila manusia menginsafi bahwa Allah kuasa menciptakannya, bahkan dari setetes air mani, kemudian menjadikan makhluk yang paling baik di bumi ini, pastilah ia yakin, bahwa Allah kuasa pula mengembalikannya kepada asal kejadiannya itu, dan Ia kuasa pula untuk mengulangi kembali penciptaan Nya itu, yakni pada hari berbangkit. Dalam redaksi surah Yaasin ayat 77 Ayat yang lalu melarang baginda Nabi larut dalam kesedihan akibat mendengar ucapan dan cemohan kaum Musyrikin, manusia yang durhaka itu dikecam ayat ini dalam semua ucapannya yang buruk, sambil memintanya berfikir tentang asal kejadiannya, ayat di atas menyatakan ; “ dan apakah ia buta, sehingga manusia yang durhaka dan banyak bicara itu tidak melihat dan memperhatikan dengan mata hatinya “. Bahwa Kami telah menciptakannya dari nutfah yakni dari setetes air mani, yang mengandung ribuan sel. Begitu remeh nutfah tersebut dan begitu menjijikan, namun, berkat kuasa dan kehendak Allah swt. Kemudian ia menjadikan mahluk yang mempunyai kelebihan dan keistime waan dibanding mahluk yang lain dari sekian juta mahluk ciptaan-Nya yang lain. lalu tiba-tiba ia lupa asal kejadiannya serta lupa kuasa Kami atas dirinya, dan ia benar-benar menjadi penentang yang nyata, selalu bersikap angkuh, suka menumpahkan darah atas sesamanya, pada hal sebenar nya ia bersukur dan patuh terhadap ayat-ayat Kami, apakah tidak memikirkan hal itu ? dan kemudian iapun berpaling dari Kami sehingga Kami menurunkan adzab yang sangat pedih untuknya. Kata ( al insan ) yang dimaksud dengan diatas adalah menunjuk kepada seorang tertentu beberapa riwayat menyebutkan beberapa nama seperti Ubay bin Ka’ab, al Ash, ibnu Wail, abu Jahal dan tokoh-tokoh penentang yang lain. Siapapun orangnya, dari perspektif ayat ini mencakup semua orang yang durhaka yang enggan percaya lagi banyak membantah peringatan dari Allah swt. Ayat ini ditujukan kepada orang-orang musyrik yang mengingkari adanya hari berbangkit. dengan mengatakan “Kamu hai orang-orang musyrik diciptakan dalam keadaan lemah; kamu berasal dari air mani, kemudian menetap dalam rahim ibumu, kemudian lahir ke dunia. Pada saat-saat yang demikian kamu dalam keadaan lemah, tidak berdaya, dan memerlukan bantuan dan pertolongan orang lain, terutama ibu dan bapakmu sendiri. Dia menjadikan bagi kamu telinga untuk mendengar, mata untuk melihat, hati untuk merasakan sesuatu dan sebagainya, sehingga kamu menjadi dewasa dan kuat. Dalam keadaan dirimu merasa kuat dan berkuasa kamu perserikatkan Dia dengan sesuatu yang lain, sampai pada waktu yang ditentukan. Kemudian kamu menjadi lemah kembali, setelah mencapai umur lanjut dalam keadaan tua bangka, tidak berdaya. Jika kamu mau memperhatikan yang demikian itu, yaitu pada permulaannya kamu lemah, kemudian menjadi kuat, kemudian menjadi lemah kembali, tentulah kamu akan sampai kepada kesimpulan bahwa Dia yang kuasa dan menentukan proses kejadianmu itu, kuasa pula membangkitkan kamu kembali pada hari kiamat. Dialah yang menciptakan segala sesuatu menurut yang dikehendaki-Nya, Dialah yang berkuasa mengatur dan mengurus hamba-hamba Nya dan Dia pulalah yang berkuasa mematikan, menghidupkan dan menentukan segala sesuatu. Dalam surah Yaasin tersebut diatas menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari sesuatu yang tidak ada nilainya dan bahkan itu adalah sesuatu yang sangat nista yakni berupa nutfah dengan perinciannya sebagai berikut ; Perkembangan Janin Janin sebelum sempurna menjadi janin melalui 3 fase, yaitu: air mani, segumpal darah, kemudian segumpal daging. Masing-masing lamanya 40 hari. Janin sebelum berbentuk manusia sempurna juga mengalami 3 fase, yaitu: 1. Taswir, yaitu digambar dalam bentuk garis-garis, waktunya setelah 42 hari. 2. Al-Khalq, yaitu dibuat bagian-bagian tubuhnya. 3. Al-Barú, yaitu penyempurnaan. Namun ketika setelah Allah tiupkan ruh kepada janin yang sempurna membentuk segumpal daging itu dan kemudian setelah melalui proses yang bertahap kemudian manusia telah di-design oleh Alah menjadi mahluk yang sempurna dengan diberikannya hardware yang paling canggih berupa otak sekaligus perangkat softwarenya berupa akal kebanyakan mayoritas manusia yang telah sempurna mem bentuk tahapannya mereka menjadi ingkar dan tidak mau mengingat tentang awal mula penciptaannya sebagai khalifah yang mengemban amanah Allah dimuka bumi ini yang tentunya hal itu harus mereka aplikasikan dalam bentuk pengabdian kepada sang Penciptanya . Dalam kronologi surah Al Ahzhab ayat 72 إِنَّا عَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الإنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولا Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat lalim dan amat bodoh, Dalam kronologi surah An Nisa’ ayat 28-29 يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الإنْسَانُ ضَعِيفًا ¤ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ وَلا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah, Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Pengampunan dan kasih sayang Allah swt. yang menutup pada ayat yang lalu, dijelaskan sekelumit secara umum pada ayat-ayat diatas yang dicerminkan antara lain oleh kehendak-Nya, Allah terus-menerus sebagaimana dipahami dari bentuk kata kerja masa kini dan masa yang akan datang, hendak menerangkan kamu hukum-hukum syari’at-Nya, termasuk yang halal dan yang haram di nikahi, serta aneka tuntutan tentang hubungan pria dan wanita, dan hendak juga secara terus-menerus menerima taubat kamu atas kesalahan-kesalahan dan adat-istiadat buruk yang dilakukan pada masa jahiliyah, selama kamu tulus bertaubat .Dan Allah Maha Mengetahui siapa yang tulus dan siapa yang tidak, lagi Maha bijaksana dalam menetapkan ketentuan-Nya . Dari Abul Abbas Abdulloh bin Abbas rodhiallohu ‘anhuma beliau berkata: Suatu hari aku berada di belakang Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam Lalu beliau bersabda , “Nak, aku akan ajarkan kepadamu beberapa patah kata: Jagalah Alloh, Niscaya Dia akan senantiasa menjagamu. Bila engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Alloh, dan bila engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Alloh. Ketahuilah, jika semua umat manusia bersatu padu untuk memberikan suatu kebaikan kepadamu, niscaya mereka tidak dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Alloh bagimu, dan jika semua umat manusia bersatu padu untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak dapat mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Alloh bagimu. Pena telah diangkat dan catatan-catatan telah mengering.” (HR Tirmidzi Dia berkata , “Hadits ini hasan shohih”) Dalam riwayat selain Tirmidzi dengan redaksi: “Jagalah Alloh, niscaya engkau akan senantiasa mendapati-Nya di hadapanmu. Kenalilah Alloh di waktu lapang niscaya Dia akan mengenalimu saat kesulitan, ketahuilah bahwa apa yang ditetapkan luput darimu tidak akan pernah menimpamu dan apa yang telah ditetapkan menimpamu tidak akan pernah luput darimu. Ketahuilah bahwa kemenangan itu selalu mengiringi kesabaran, jalan keluar selalu mengiringi cobaan dan kemudahan itu selalu mengiringi kesusahan.” Penjagaan Alloh terhadap manusia terwujud dalam dua bentuk, yaitu: 1. Menjaga urusan dunianya, dalam bentuk menyehatkan badanya, melapangkan rezekinya, menjaga anak dan istrinya, dan lain-lain. 2. Menjaga urusan agamanya. Poin ini lebih penting dan lebih bernilai dari pada poin sebelumnya. Bentuk penjagaannya berupa: hatinya bersih dari kotoran syubhat, senantiasa terikat dengan Alloh, penuh rasa harap kepada-Nya, senantiasa bertaubat kepada-Nya, dan anggota badanya terbebas dari memperturutkan hawa nafsu. Melalaikan menjaga Alloh dapat berakibat hilangnya penjagaan Alloh terhadap dirinya. Hanya Meminta Kepada Alloh Hukum meminta hanya kepada Alloh ada dua macam: 1. Wajib, yaitu meminta sesuatu yang tidak bisa melakukannya kecuali Alloh. Inilah tauhid dalam meminta di mana jika dipalingkan kepada selain Alloh hukumnya syirik. 2. Sunnah, yaitu dalam hal yang manusia mampu untuk melakukannya dan dia mampu melakukan sendiri tanpa bantuan. TAWAKAL Makna tawakal kepada Alloh adalah mengambil sebab yang diperintahkan kemudian menyerahkan urusannya kepada-Nya. Tawakal kepada Alloh merupakan wujud keimanan yang sangat penting, bahkan merupakan wujud keimanan para nabi. Dan tawakal kepada makhluk adalah perbuatan yang sangat tercela. Sekalipun makhluk mampu untuk melakukan apa yang kita inginkan, kita tidak boleh bertawakal kepadanya. Sabar Dan Ridho Sabar, khususnya ketika mendapatkan kesulitan adalah menjaga hati dari menggerutu, menjaga lisan dari berkeluh kesah dan menjaga diri dari perbuatan yang terlarang. Ketika tertimpa musibah, di samping wajib untuk bersabar, juga disunahkan untuk ridho bahkan jika mampu, bersyukur. Ridho terhadap musibah adalah yakin bahwa akibat dari musibah tersebut baik baginya, maka tak ada perasaan seandainya musibah tersebut tidak datang. Adapun ridho yang hukumnya wajib yaitu ridho terhadap perbuatan Alloh yang telah mendatangkan musibah. Dengan demikian terkait dengan musibah ada dua bentuk keridhoan, yaitu: 1. Ridho terhadap perbuatan Alloh, hukumnya wajib. 2. Ridho terhadap musibah itu sendiri, hukumnya sunnah. Sumber: Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi – Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh – Penyusun: Ustadz Abu Isa Abdulloh bin Salam (Staf Pengajar Ma’had Ihyaus Sunnah, Tasikmalaya)